Setiap saat kita memimpikan bangsa yang masyarakatnya sejahtera, memiliki pemerintahan yang bersih dan professional, namun impian itu tak kunjung datang dalam kehidupan nyata, korupsi menjadi penyakit bangsa yang tak henti-hentinya menerogoti mentalitas bangsa, solusi apa lagi yang ditawarkan oleh pemerintah untuk memperbaiki mentali bangsa Indonesia, lembaga penegak hukum sudah banyak didirikan besrta pengawasanya, lembaga yang menangani secara khusus perkara korupsi pun demikian, namun tetap saja mental korup menjadi mental pejabat kita.

Salah satunya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), yang konsisten dalam membantu program pemerintah dalam peningkatan Indek Pembangunan Manusia (IPM). Organisasi yang berstatus sebagai organisasi mahasiswa (AD pasal 7), berfungsi sebagai organisasi yang aktif dalam Pengaderan (AD pasal 8), kaderisasi berjenjang menjadi program kerja nasional yang harus dilaksanakan oleh seluruh cabang se-nusantara. Penurus Besar (PBHMI) mencatat sekitar 191 cabang di seluruh pelosok negeri dari Sabang sampai Merouke, Ini artinya HMI memilki kekuatan besar dalam menciptakan kader bangsa yang berkualitas dan profesional. secara kuantitas, jika setiap cabang dalam setahun merekrut 100 orang Mahasiswa, maka 2.29.200 mahasiswa Indonesia yang dibina oleh HMI.
Ancaman Budaya Kapitalis Pragmatis
Di era global, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menjadi ukuran sebuah maju dan tidaknya sebuah Negara. Tekhnologi Informasi dan komunikasi menjadi kebutuhan yang bisa menyaingi kebutuhan primer bagi manusia modern, bahkan kompetisi kerap menjadi bagian yang tak bisa dilewatkan dalam kehidupan sehari-hari dengan cara yang tidak mengukur halal dan tidaknya cara yang dilakukan. Hal ini terlihat pada kehidupan bangsa kita, budaya kapitalis, pragmatis merasuk pada jiwa masyarakat Indonesia. Akibat dari transformasi ideologi antar Negara ini mengakibatkan sebuah benturan budaya yang bukan hasil dari karsa dan rasa budayanya sendiri
Kita bisa melihatnya pada lembaga pendidikan formal, mengharuskan kita berkompetisi pada profesionalime yang mengikuti arus pasar, hal tersebut seakan-akan menciptakan paradigma masyarakat yang kapitalis, namun kekosongan jiwanya tidak diimbangi oleh kekuatan transendental. Kita bisa melihat pada kurikulum yang ditawarkan oleh lembaga pendidikan Tinggi khususnya yang umum, mata kuliah agama hanya diperoleh mahasiswa kurang lebih 2 SKS saja, lebih banyak mata kulaih-mata kuliah pada bidang penjurusan.
Dr. Agus Nuryatno (2008) salah satu penganut Ideologi Mazhab Pendidikan Kritis menyatakan, pendidikan Indonesia kini terarahkan pada arus pasar yang sehingga membentuk masyarakat berbudaya Pragmatis kapitalis. Kebanyakan orang tua memilki orientasi ekonomik ketika menyekolahkan anaknya, ketimbang orientasi non-ekonomik. Maka hemat penulis hal yang wajar ketika output yang dicetak lembaga pendidikan memilki mental korup dan mental yang cacat.
HMI dalam Konstruksi SDM Indonesia
Perkaderan menjadi komitmen Idiologi dan harga mati bagi organisasi yang lahir pada 5 Februari 1947, komitmen Ke-Islaman dan ke-Indonesiaan yang melandasi perjuangan organisasi ini yang ikut berperan aktif dalam pembangunan manusia Indonesia (baca: Menyatu dengan Umat, menyatu dengan Bangsa HMI 1947-1999). Telah di jelaskan di muka bahwa fungsi HMI sebagai organisasi Perkaderan, maka seluruh aktivitasnya harus dapat memberi kesempatan berkembang bagi kualitas-kualitas pribadi anggota-anggotanya. Sifat kekaderan HMI dipertegas dengan tujuan HMI dalam pasal 5 Anggaran Dasar HMI. Tujuan ini telah memberi tuntutan perkaderan HMI harus terarahkan pada pembentukan lima kualitas Insan Cita yaitu, insane akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan Islam insan yang bertanggung jawab dalam mewujudkan Indonesia yang adil dan sejahtera. Manusia yang di cita-citakan HMI tentunya bukan hanya wacana yang ada dalam konstitusi dan pedoman perkaderan semata, namun terwujud dalam bentuk aksi.
Pada konsep pelatihan kader 1,2 dan 3, pelatihan didesain sedemikian rupa upaya memenuhi kebutuhan dasar zaman akan tetapi tidak menghilangkan penanaman ideologi organisasi. Sehingga karakter manusia yang dihasilkannya bukan pribadi yang cacat mental dan cacat jiwa. Yang pada akhirnya terwujud dalam profil kader ideal, yaitu Muslim Intelektual dan profesional. atas dasar komitmen itulah yang sehingga HMI masih konsisten dalam pembentukan Suber Daya Manusia (SDM) Indonesia kea rah yang lebih baik.
*PENULIS,
Ketua Kom. Tarbiyah Periode 2008-2009 Ketua Bidang Pembinaan Anggota (PA) HMI Cabang Kabupaten Bandung periode 2009-2010 dan Ketua Umum HMI Cabang Kabupaten Bandung Periode 2010-2011
0 komentar:
Posting Komentar